Pengalaman Mengidap TBC

Saya Lutfi Ahmad Syafii, pria usia 24 tahun, dari kabupaten pemalang. Tujuan artikel ini ditulis hanya untuk sharing tentang penyakit TBC.

 Assalamualaikum Wr.Wb.

Artikel ini akan membahas pengalaman saya ketika mengidap TBC. Namun sebelum membaca lebih panjang, alangkah baiknya saya akan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu ya.

Saya Lutfi Ahmad Syafii, pria usia 24 tahun, dari kabupaten pemalang. Tujuan artikel ini ditulis hanya untuk sharing saja, sekedar berbagi cerita tentang penyakit TBC.

foto kena tbc
Foto: Perkembangan menuju sembuh dari TBC | Wajah saya sendiri.

Tahukah kalian? Ternyata bakteri TBC (Tuberkulosis) adalah bakteri menular paling mematikan nomor 1 di indonesia loh. WHO telah menempatkan Tbc ini menjadi penyakit yang berada di peringkat pertama sebagai penyakit menular paling mematikan. Dan di internasional, Indonesia sendiri menempati urutan ke 3 dengan jumlah korban terbanyak setelah India dan Cina.

Membahas TBC, kebanyakan diantara kita hanya tahu kalau TBC itu menyerang paru saja.  Faktanya, TBC bisa menyerang anggota tubuh lain seperti, TB Usus, TB kelenjar, TB otak dan TB tulang.

peritoneal tuberkulosis/tb usus
Foto: hasil pemeriksaan radiologi

Nah, yang sedang saya alami ini adalah TB usus. Gejalanya hampir mirip kayak penyakit lambung, tapi ini lebih berat. Yang dirasakan itu perut sakit banget, mual, muntah-muntah sampai isi perut habis. Selain merasakan sakit yang hebat, perut juga terasa keras seperti ban mau pecah.

Awal mula dirasa, saya tidak tahu kalau ini adalah penyakit TBC. Waktu itu habis makan nasi goreng, tiba-tiba muntaber, muntah sampai 5 kali lebih dengan disertai diare, namun cuman diare ringan sih. Dikarenakan awamnya saya dan juga keluarga, mengira kalau saya keracunan nasi goreng. Tak hanya nasi goreng yang disalahkan, angin nggak salah juga ikut dituduh, dikira masuk angin. Sebagai wujud ihktiar, berbagai macam obat warung pun dicoba untuk pertolongan pertama, seperti; Tolak angin, Entrostop, Diapet, Promagh, kurang-kurangnya ibu saya membuatkan oralit. Ya begitalah karena ketidak tahuan.

Kejadian muntah-muntah seperti ini sudah 2 kali dalam satu bulan sebelum akhirnya di bawa ke rumah sakit. Usut punya usut, ternyata setelah di bawa ke RS saya di diagnosis kena penyakit TBC. Rasanya hancur sudah harapanku, pandangan masa depan pun menjadi suram. Duh, mana masih muda lagi, masih bujang pula.

Namun sebagai manusia, saya tidak boleh berputus asa ketika diberi ujian. Bagaimana pun penyakit harus diobati, sembuh atau tidak itu hak Allah yang maha kuasa. Alhamdulillah saya sudah merasakan perubahan sedikit demi sedikit makin membaik. Setelah 4 kali dirawat ulang di RS, dan disuruh kontrol rutin, minum obat rutin hingga 6 bulan, kini saya sudah memasuki pengobatan 4 bulan dan berat badan saya sudah mulai naik. Tadinya awal dibawa ke RS saya di timbang hanya 40Kg saja, namun sekarang sudah naik menjadi 45Kg. Alhamdulillah…

Ternyata penyakit TBC itu benar-benar menghabiskan dagingku, bakteri TBC telah menghabiskan tubuhku dari 54Kg menjadi 40Kg, sungguh sadis bukan?

Semoga penyakit ini jangan sampai menimpa sobat semua dan juga keluarga. Amin… Jagalah dan syukuri terus kesehatan yang diberikan oleh Allah kepada kita. Karena sehat adalah nikmat paling berharga. Demikian saya akhiri dengan terimakasih.

Salam sehat.

Saya senang menulis, menggambar, dan belajar otodidak.

6 komentar

  1. untuk sakit perutnya di bulan keberapa ya mereda nya? saya setelah minum obat tbc 1 bulan soalnya masih sakit dan muntah2
    1. Setelah 3 bulan pengobatan sudah membaik gak ada keluhan sama sekali. Begah, mual, muntah, sakit perut, sudah hilang.
  2. Pantanganya apa mas dan boleh makan apa
    1. Pantangan orang tentu akan berbeda karena reaksi tubuhnya beda2, tapi mungkin kalian bisa mengikuti saya seperti menghindari makanan yang digoreng, makanan yang mengandung pemanis/pewarna buatan, sayuran mentah, buah yang asam.
  3. Apakah harus dioprasi mas ini perut nya membesar dan keras?
    1. Alhamdulillah saya sudah sembuh tanpa operasi mas.
Dilarang spam
© Pemalang Otodidak. All rights reserved. Developed by Jago Desain